Cari Blog Ini

Senin, 04 Juni 2012

Di mana Hatimu Tinggal, Di sanalah Rumahmu...


Judul        :    Jungle Child, Rinduku pada Rimba Papua
Penulis        :    Sabine Kuegler
Penerbit    :    Penerbit Erlangga
Tebal        :    384 halaman
Terbit        :    2006

Mimpi Sabine, berjalan di atas awan, terjadi ketika dirinya mulai meragukan di mana seharusnya ia berada. Sabine memikirkan kesibukan Jerman di rumahnya, rimba Papua di mana keluarganya tinggal. Orang tua dan kedua saudaranya menjadi keluarga inti Sabine, orang-orang Suku Fayu menjadi keluarga besarnya. Mengikuti kedua orang tuanya yang bekerja sebagai misionaris dan peneliti bahasa, Sabine dan kedua saudaranya harus tinggal dan tumbuh di pedalaman Papua. Menyaksikan bagaiman sebuah peradaban purba tersentuh oleh kemajuan dunia luar hutan. Ketika rasa kehilangan yang teramat sangat atas meninggalnya kakak angkat Suku Fayu Sabine, Sabine memilih meninggalkan rimba Papua dan bersekolah di Swiss. Gegar budaya menjadi kendala terbesar ketika ia kembali ke peradaban modern.
Di Swiss Sabine selalu teringat rumah, di mana cinta dan hatinya tinggal. Surat-surat dari orang tuanya menjadi satu-satunya alat penyambung dua dunia ini. Ada saat-saat tertentu sabine merindukan sahabat-sahabat Suku Fayunya, merindukan bermain busur dan memakan daging ekor buaya atau ular, bahkan sekedar merasakan suasana hutan yang ramah dan tenang.
Sabine menuliskan kisah-kisah masa kecilnya ketika berada di tengah Suku Fayu. Bagaimana kebudayaan Suku Fayu, bagaimana keluarganya bertahan di Foida, dan bagaimana dirinya tumbuh menjadi anak rimba dari Jerman digambarkan dengan bahasa yang lugas juga menarik oleh Sabine. Selain kisah yang menarik, Sabine juga memperlihatkan foto-foto memorinya. Walau pun demikian, buku ini menuntut perhatian lebih karena penggunaan bahasa Suku Fayu yang masih asing.
Bagian yang paling aku suka adalah kehidupan mereka. Bagaimana orang Jerman yang notabene termasuk manusia tercanggih di dunia mau hidup di hutan Papua. Bagaimana kehidupan mereka yang begitu merdeka. Bagaimana kecintaan mereka terhadap pengetahuan. Bagaimana penghargaan mereka atas keterbelakangan dunia di tengah globalisasi. Satu hari di Jerman tersa satu minggu di hutan, tulis Sabine.
Kalau waktu ku habis nanti, ku mau cintaku juga tak habis. Akan aku berikan kepada orang yang tepat, seperti hati orang Fayu untuk Sabine dan batin Sabine untuk hutan. Di mana pun kita hidup nantinya, inilah dunia. Tataplah. Tegar menjadi senjata kita. Kuatkan iman dan doa sebagai perisai. Dan hunuskan pedang semangat kita terhadap masalah yang menjadi anak tangga kesuksessan. Inilah hidup, wahai anak Adam.
Have a nice story, my Friends...

Luv u
04-06-2012


Jumat, 01 Juni 2012

Puisi untuk A...

Puisi untuk A...

Sebuah kisah tertulis indah di masa lalu
Tak teraba oleh hati siapa pun...

Aku...dan juga pikirku...begitu pula jiwaku...belum memutuskan akan tinggal di mana.
Pantai atau kaki gunung...
Hutan atau kota modern...
Tropis atau kutub...
Satu yang jelas. Kaya.
Kaya Iman. Ilmu. Hati. Cinta. Keluarga. Sahabat. Harta.
Aku...dan juga hatiku...begitu pula ragaku...belum memutuskan akan jadi apa nanti.
Guru atau dosen...
Pembaca atau penulis...
Artis atau sutradara...
Rakyat atau bupati...
Satu yang jelas. Istri.
Istri untuk suami. Ratu untuk raja. Ibu untuk anak. Dan cinta untuk sejati.
Aku...dan juga jemariku...begitu pula anganku...belum memutuskan siapa imam duniaku nanti.
Sendiri atau berdua...
Kamu atau dia...
Satu selamanya atau dua penggantian...
Satu yang jelas. Tuan.
Tuan untuk puan. Suami untuk istri. King for Queen. Dan cinta untuk mati.