Cari Blog Ini

Rabu, 11 Desember 2013

THE KILLER OF DREAMS



Ini sebuah cerita tentang gadis biasa aja yang temannya dikit dan seorang pemimpi besar. Mimpinya memiliki sebuah teman banyak di kota kelahirannya yang sempat ditinggalkan saat SMA. Dari awal bukannya tidak punya teman, tetapi hubungan yang tidak pernah dipupuk akan terkikis juga lama-kelamaan. Terkadang, gadis ini terlihat seperti anak kucing yang terus bergelung dikaki orang yang disukai. Atau, terkadang menjadi seperti permen karet yang tak sengaja menempel di rambu, menggaunggu, perlu dibuang. Gadis ini sadar, dia harus berhenti mengharapkan hubungan yang manis lagi dengan orang-orang yang dianggapnya teman. Dia memutuskan untuk tak datang lagi kepada mereka yang tak menganggapnya. Dia memutuskan untuk membuat hubungan baru. Menjalin pertemanan yang lebih luas. Dunia itu luas.

Suatu saat gadis ini ikut dalam suatu organisasi kemahasiswaan daerah di mana dia berkuliah. Pada awalnya tidak yang banyak ikut organisasi ini. Si gadis berpikir inilah caranya dia mendapatkan banyak teman. Oleh karena itu, mulai dari teman terdekat yang respect terhadap si gadis diajak untuk meramaikan organisasi ini. Memang perlu kerja keras untuk membangun organisasi yang sempat tidur. Mulai dari dana  yang tidak ada sama sekali hingga SDM nya yang tidak ada. Si gadis tetap berjalan dengan teman-teman barunya. Pada akhirnya, kerja keraslah yang mempersatukan si gadis dengan teman-teman barunya. Si gadis sekarang mendapat banyak teman.
Bahkan lebih jauh dari mendapatkan teman, si gadis mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga. Merasakan apa itu kebanggaan. Belajar menjalin hubungan persahabatan kembali. Yah, dia move on. Karena teman-temannya ini mimpi-mimpinya tercapai. Dari dunia si gadis yang sempit menjadi dunia yang begitu besar dan berwarna. Dari si pemimpi menjadi pemimpin di hidupnya. Semua ini karena teman-temannya. They’r the killer of her dreams.
Terima kasih teruntuk teman-teman tercinta di PAMELO (Paguyuban Mahasiswa Magetan di Solo)!

Kamis, 28 November 2013

Perjalanan

Beberapa minggu yang lalu saya dan teman-teman dekat saya di kampus berkunjung ke Bromo. Merencanakan sebuah perjalanan itu sangat menyenangkan. Walau pun perjalanan ini bukan sebuah petualangan “backpacking”, tapi ya bisa disebut perjalanan seadanya. Sebelum berangkat, kita semua sepakat akan mendaki Bromo jalan kaki, gak pakek acara naik kuda. :D . It’s not bad decision! Setelah dijalani, ada hikmahnya juga. Delapan cewek dengan kekuatan fisik biasa-biasa aja manjat bromo yang notabene gunung pendek banget. Hasilnya? Capeeeeeeeeeeek banget...tapi PUAS! Yah walau pun manjatnya pakek ngos-ngosan, bibirnya ada yang sampek biru pucat, istirahat berkali-kali. Rasanya seperti sadar hidup itu susah, apalagi ditambah naik bromo tambah susah lagi. Setiap naik satu tangga, rasanya puas. Kita sampek di Bromo juga, impian 1 semester kita, tabungan 1 semester kita. Puas rasanya.


Sebenarnya banyak sekali tempat wisata yang ingin kami kunjungi dengan konsep perjalanan seadanya. Tapi tetap saja, waktu dan biaya masalahnya. Esensi yang ingin dicapai dari perjalan kami adalah kebersamaan dan pengalaman. Indonesia mempunyai alam yang sangat indah, sayang untuk dilewatkan. Merawat, melestarikan, dan mengaguminya adalah suatu apreisiasi atas keindahan tersebut. Jadi, kombinasi mengapresiasi keindahan dan kebersamaan dengan teman itu adalah sebuah formulasi kebahagian yang besar. Tapi, ini juga bukan rumus turunan dari falsafah jawa, mangan, ora mangan, sing penting ngumpul. Sekarang kan banyak media sosial yang bisa digunakan untuk bersilaturahmi jadi gak perlu bertatap muka untuk disebut ngumpul. Walau pun demikian, tidak dapat dipungkiri, bertemu langsung itu lebih baik. Tulisan kadang diartikan beda oleh pembacanya, maka lebih baik dilakukan secara langsung secara lisan. Terkadang juga lisan yang didengar lewat telepon saja juga akan berbeda diartikan bila kita mendengar dan melihat gerak tubuh lawan bicara.kesimpulannya, kalau bisa, ya silaturahmi ketemu langsung. :D
Esensinya bukan di kebersamaan saja, tapi juga bukan pengalaman saja. kedua-duanya. Di sini kita bisa makan, di luar negeri pun kita bisa makan, lalu, kenapa kita tidak mencoba makan di luar negeri? Kan dapat pengalaman. Nilai plus untuk kita, dapat kepuasan batin, ilmu yang berbeda. Di dalam ajaran Islam pun diajarkan untuk menuntut ilmu sampai jauh. Lihatlah dunia. Tinggal dalam suatu lingkungan yang nyaman selamanya hanya akan membuat kita mandeg dan apatis. Banyak hal yang bisa kita lakukan di luar sana. Banyak tempat yang bisa nikamti keindahannya, tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia ini. Contohnya, lihat para wakil rakyat kita! Seringkan mereka studi banding ke luar negeri? Mungkin mereka berpendapat di luar negeri lebih baik ilmunya daripada di Indonesia dalam hal tertentu sehingga perlu dipelajari dan diadopsi. Tapi, sehendaknya jangan mengatakan Indonesia buruk untuk seluruhnya karena kita (saya dan pembaca) juga tidak mampu melihat Indonesia sampai sekecil-kecilnya. Belajar di mana pun boleh, tinggal yang belajar aja bagaimana. Lagian, semua hal di mana aja bisa jadi guru. :D
Kalau mau berwisata atau belajar ke luar negeri ya boleh saja, asal tidak merugikan. Saya salut dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya pada mereka yang ke luar negeri tapi tidak merugiakan negara dan juga memperkaya negara. Siap orang-orang tersebut? Pahlawan devisa kita. TKI. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga di negeri orang. Bisa dapat uang banyak, memperkaya negara, menyejahterakan keluarga, dan bisa lihat dunia luar, bisa hidup dengan orang yang memeliki tipikal berbeda dengan orang Indonesia. Lalu, apa ada orang ke luar negeri yang merugikan negara? Ya ada. Mereka para kaum kapitalis. Mereka yang memiliki kapital, dengan penyakit jiwa konsumtif dan kerenisasi, suka sekali pergi ke luar negeri. Katanya jalan-jalan. Katanya belanja. Katanya liburan. Indonesia sedang sakit. Ibaratnya semut dan belalang. Semut bekerja banting tulang untuk mengumpulkan perbekalan kemudian dijarah belalang untuk foya-foya semata. Para TKI yang notabene masyarakat lapisan bawah Indonesia sibuk banting tulang memperkaya Indonesia kemudian kekayaan tersebut dikeruk kaum kapitalis yang strata sosialnya jauh dari TKI. Uang beredar dari bawah ke atas tapi hanya sedikit yang kembali turun lagi. Uang hanya untuk strata atas. Kekayaan ini dibuang-buang ke luar negeri. Lalu, siapa yang untung? Luar negeri.
Di antara TKI dan kaum kapitalis ini ada satu golongan lagi yang bisa jadi mulia atau jadi hina. Siapa mereka? Kaum cendikiawan. Mereka yang belajar di luar negeri dengan uang sendiri atau beasiswa. Mereka jadi mulia ketika selesai belajar, mendapat ilmu yang bermanfaat, kemudian pulang ke tanah air. Ilmu yang diperoleh kemudian diaplikasikan untuk membangun tanah airnya. Mulia bukan? Itu hanya sebuah kondisi ideal. Banyak kaum cendekiawan kita yang terjebak pada kapitalisme. Setelah belajar dan menjadi pandai, tidak mau pulang ke tanah air. Katanya, kalau di Indonesia tidak diapresiasi dengan gaji yang banyak. Bukan kah ahli dan penghafal Hadist, Imam Hambali, juga ada yang hidup miskin? Tapi Beliau kaya ilmu dan kasih sayang Tuhan sehingga surga ganjarannya. Memang, sekarang di dunia ini benar-benar berada pada era kapitalis. Semua diukur dengan uang. Padalah, 3 hal investasi yang tidak akan merugi, amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh. Semoga saya digolongkan pada kaum cendikiawan yang tidak merugi dunia-akhirat.amin.
Demikian kisah perjalanan yang dapat saya tuliskan kali ini. Saya merasa tulisan ini begitu terpikirkan oleh saya. Terima kasih atas kebersamaan teman-teman saya selama ini. Terima kasih atas semangatnya dari Bunda Esty (Esty Dwi Prasetyianingtyas), al, el, dan semua-mua teman saya di Fisip UNS ( Ana, Mbak Asri, Mbak Na, Bella, Eti, Nita, Tia, Hayyu, dan teman-teman Administrasi Negara kelas B angkatan 2010). Sekali lagi, terima kasih atas petualangannya. :D
Saya berharap, kelak saya menyukai profesi saya apa pun itu dan menjaga sumpah jabatan atau profesi saya. Saya berharap saya tidak sampai menghamba pa uang. Saya berharap, sampai bagian tubuh saya yang terkecil dapat bermanfaat bagi orang lain. Di dalam hati saya yang kecil tersimpan pula keinginan besar untuk mengelilingi Indonesia, bahkan Indonesia. Untuk itu, saya juga berharap semoga semua keindahan dunia bisa saya lihat. Semoga saya mampu mengamini dan menyaksikan sendiri teman-teman saya sukses.
Hidup ini begitu indah. Indah di antara yang mencinta dan dicinta. Hidup ini menjadi sempit ketika kita memandangnya dari ketinggian hati. Dunia ini begitu luas ketika ilmulah yang melihatnya. Akan tetapi, dunia ini terlalu sempit untuk waktu. Maka, hidup di dunia ini harus dinikmati, sebelum segala-galanya habis dilahap waktu.

Selasa, 24 September 2013

Rasanya seperti Pulang "for Good"

Dari kecil saya suka naik sepeda, sepada dalam artian harfiah, onthel kalo orang jawa bilangnya. Saya masih ingat sensasi naik sepeda pertama kali. Dari awal belajar naik sepeda di dalam rumah, sampek di lapangan dekat rumah, saya masih ingat. Bagaimana saya belajar jatuh dan mengemudikan sepeda dengan baik sesuai ajaran mbah kung saya, saya juga masih mengingatnya. Sensasinya itu seperti apa ya...kalian tahu rasa tiupan angin? Rasa jantung berdegup? Rasa takjub? Dan sedikit rasa bangga, kalian tahu? Sensasinya, menurutku, semua rasa itu dalam satu masa tepat di poros hidup kita. Otak, jantung, dan hati, dan menusuk sampai tulang belakang ruas terbawah. Saya ingat, itu saya waktu sekolah dasar.
Waktu saya di bangku sekolah menengah pertama, saya belajar naik bermacam-macam kendaraan. Mulai dari sepeda motor, mobil, angkot, bus, kereta. Perlu digarisbawahi, saya belajar naik bukan mengemudikan.wkwkwkwkwk. itu jaman-jamannya saya muntah naik mobil dalam jarak 1km dari rumah. Jaman-jaman saya takut naik angkot sendirian. Jaman-jaman saya kagum naik bus SMA(Sri Mulya Agung, bus jurusan Magetan-Madiun yang sekarang ampun bobroknya!). jaman-jaman saya Cuma tahu kereta apa itu ya Cuma KA Logawa, jurusan Madiun-Purwokerto (jurusannya salah pula!). yah, itu bukan jaman yang buruk juga. Bukankah proses belajar selamanya patut dikenang ?
Nah, kalo pas jaman itu, saya belajar mengemudi motor. Saya ingat, naik mio. Motor metik pertama yang nghits banget di Indonesia waktu itu. Belajarnya sih susah-susah gampang. Ya alhamdulillah, akhirnya bisa :D. Lumayanlah, jatuh sekali yang bikin motor mio merah itu baret parah. Harus ganti casing lampu, benerin stirnya, yah, intinya motornya terluka parah. Alhamdulillahnya, yang naik selamatlah :D. Pelajarannya, jangan belok tanpa mengerem dengan kecepatan di atas 60 km/jam ya! :D
Kata orang, SMA itu masa-masa paling indah. Kataku, SMA itu masa-masa memacu sepeda motor-balapan sama SK dan Mira.wkwkwkwkwk. jaman-jamannya gila-gilaan naek motor. Sensasinya hampir sama kayak naek sepeda, tapi lebih wow lagi. Gag perlu capek paha, tinggal tancap gas, oke, kita wuuuuuuuuus..membelah angin sekali pun :D pelajarannya, jangan memacu motor terlalu cepat, manusia dengan emosi tingkat tinggi tidak akan bisa mengontrol dirinya, sama halnya dengan motor. Dengan kecepatan tinggi, kita juga tidak bisa mengontrolnya :D wejangan dari bapakku, Bapak Djoko Santosa.
Tapi, tetep aja, saya berangkat sekolah naik sepeda. Balapan sama SK, Mira, Jaya, SMA, bus-bus lain, angkot, becak, motor, dll, di proliman Madiun itu. Ujan-ujan tetep aja seragam kotor kena cipratan air. Sepatu masuk kantong plastik, kaki “nyeker” ngayuh sepeda. Kalau lagi beruntung, ya nggak sendiri, kalau lagi apes, ya panas/ujan sendirian membelah Kota Madiun yang panas banget! Nyampek sekolah mandi keringat, sampek rumah udah gag Cuma mandi keringat, tapi juga mandi capek! Tapi di sela-sela semua itu, saya bangga. Saya sedikit bisa congkak. Saya tidak menyumbang asap polusi untuk dunia, setidaknya duniaku sendiri.hehehehehe.
Walau pun begitu, saya juga tidak ketinggalan perkembangan jaman. Tekad saya bulat pada waktu itu, nyetir! Harus bisa nyetir mobil pikir saya. Alasannya apa? Panjang dan banyak, maka kita skip aja untuk sekarang. Tapi, saya akui saya oon. Belajar nyetir udah ikut kursus nyetir, ditambah tiap minggu latihan sendiri di rumah selama hampir 1 tahun lebih, saya tetep gag lancar nyetir. Oke, akhirnya saya sampai pada 1 kesimpulan, saya yah...gini-gini aja. Untuk masalah nyetir mobil ini saya agak lemot. Pada kenyatannya, saya pun juga belum lancar mengemudikan motor yang pakek gigi. Yah, mungkin itu kemampuan yang berbanding lurus di dunia ini.TT_TT.
Jadi, sudah berapa kendaraan yang bisa saya kemudikan dengan baik mau pun tidak? Sepeda, motor, dan mobil. Yang lazim ya ketiga kendaraan itu, yang lain tidak usah dipublikasikan.wkwkwkwkwk. kesimpulannya? Saya suka naik sepeda. Sampai sekarang. Sampai saya naik banyak kendaraan. Sampai saya mengemudikan banyak kendaraan. Saya tumbuh dewasa, tapi jiwa saya memilih untuk tinggal. Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa tumbuh dan berkembang. Seperti sensasi naik sepeda pertama kali. Mungkin memang benar, yang pertama yang berkesan.
Ke manapun jiwa kita pergi bersama raga kita, tetap saja kita akan merindukan rumah. Rumah tempat kita pulang. Pulang “for good”. Di mana semua rasa timbul dan tumbuh pertama kali. Di mana saya belajar naek sepeda. Di mana kita dipeluk pertama sama  ibu.mama.bunda.emak.biyung.semak.bundo. juga di mana kita dinasihati sama bapak kita. Sama. Mau saya naik apa aja, saya akan merindukan naik sepeda. Kalian tahu rasanya?
seperti hidup, saya juga lebih suka santai. seperti naik sepeda. tapi, saya tidak tahu. itu adalah alasan belaka atau memang saya orang seperti ini. kemandegan saya ini entah berawal dari kapan dan akan berakhir sampai kapan. langkah awal, saya rasa, belum pernah saya ambil. itu lah hidup menurut saya. terlalu penuh dengan pilihan.
so, mari kita semangat bersama, teman ! \(^_^)/
 

Sabtu, 06 Juli 2013

memori

setiap manusia mempunyai luka di hatinya. tidak perlu teori dan ahli. semuanya tahu. ini luka ku. dan aku menderita sejak saat itu dan sampai nanti aku ikut dengannya. bahkan aku malu jika harus bertemu dengannya nanti. aku merasa buruk sekali.
semua orang pasti mengatakan, kalau aku tahu, aku tidak akan...
bahkan aku juga mengatakannya
tapi..
setidaknya aku bisa minta maaf kepada mu..nanti, tentu saja..
setidaknya, setiap doaku ada namamu..
ini dukaku...
kenapa Tuhan tidak menghapus memori seseorang tentang orang yang telah meninggalkan kita?
karena hidup itu berarti dari kematian...


dek, mbak sayang kamu...